Lebih dari 60 tahun lalu keluarga kami di”buang” oleh Belanda di kota (dulu: desa) ini. Van Mook mengatakan bahwa untuk Dr. Ratu Langie “lebih baik” dibuang. Ayah saya yang waktu itu ditunjuk sebagai Gubernur Sulawesi oleh Presiden Republik Indonesia: Ir. Soekarno dinilai akan mengganggu strategi van Mook yang mencakupi pendirian Negara Indonesia Timur (NIT).

Satu2nya foto yang saya miliki dari masa di Serui. Ibu2 dari keluarga yang dijuluki oleh penjajah “oknum berbahaya” mendirikan kumpulan bersama ibu2 setempat dalam rangka mengembangkan kegiatan2 kewanitaan. Ditengah2 Ibu Ratulangi dan disebelah kanannya Ibu Papare.
~ Rasanya perjuangan DR. Sam Ratulangie di zaman Revolusi msh banyak yg blm di ekspose. Apa Ibu Lani kakak beradik atau cucu Sam Ratulangie dpt menuliskannya dlm sbh buku berupa kisah keluarga Ratulangie di masa lalu ? Saya kira ini amat menarik, seperti hlnya cerita yg di tulis Sam Ratulangie semasa kecil di Tondano, dn keberangkatannya ke tanah rantau (P.Jawa). Bgitu pula dgn cerita yg begitu hidup mngenai tokoh Denan yg sangat menarik. Moga2 cerita2 masa lalu Sam Ratulangi yang belum di ekspose tdk akan hilang ditelan zaman.
Terima kasih atas komentar Bpk. Willy.
Mungkin Anda sudah baca “Serui 1946 dalam kenanganku”.
Yah, memang mestinya kami anak2 menggali dari ingatan dan sumber2 lain hal2 pribadi dari diri dan keluarga Sam Ratu Langie. Pernah saya katakan kepada seorang teman bahwa (sayangnya) Alm. Ayah kami sangat jarang atau tidak pernahmembicarakan hal2 serius apalagi hal2 yang disajikan sebagai (seakan2) “khotbah”….. Ia lebih banyak mendidik kami dengan cara “beri contoh” saja seperti juga ditulis dalam website: “Mencari jejak …………”. Jadi bagi saya banyak hal2 seperti kejadian2 penting yang kami sekeluarga alami baru belakangan saya temukan latar belakangnya, apalagi latar belakang politisnya.
Namun tetap saya teruskan penggalian2 tersebut, mumpung saya masih diberikan umur dan kesehatan yang lumayan oleh YMK.
Selamat pagi dan salam dari saya di Ranowangko (Tombariri)