(dari buku yang diterbitkan oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, 1978 berjudul: “Dr. G.S.S.J. Ratu Langie dan Yayasan KRIS” halaman 21 s/d 31, diedit untuk Homepage di Geocities, Januari 2001, diedit lagi 2 April 2010 untuk WordPress. Jika Anda berminat dapat pula Anda membacaca CERBERGAM jakni ceritera bergambar CERITERA SAM RATULANGIE, silahkan klik ).
Nama : Gerungan Saul Samuel Jacob Ratu Langie
Lahir : 5 Nopember 1890 di Tondano, Sulawesi Utara
Meninggal : 30 Juni 1949 di Jakarta
Pendidikan :
Sekolah Dasar Belanda (Europesche Lagere School) di Tondano
Sekolah Menengah (Hoofdenschool) di Tondano
Sekolah Teknik (K.W.S.) bagian mesin di Jakarta (1904 – 1908)
Mencapai Ijazah Guru dan Ijazah “Middelbare Acte Wiskunde en Paedagogiek di Amsterdam (1908 – 1913)
Universiteit Amsterdam (1913 – 1915)

Universiteit Zurich di Swiss (1915 – 1919)
Mencapai Doktor der Natur-Philosophie (Dr. Phil.)untuk Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Universitas Zurich (1919)
Organisasi Politik :
Ketua “Indische Vereeniging” di Amsterdam (1914 – 1915) organisasi ini adalah organisasi mahasiswa – mahasiswa dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian terhadap “Nederlandsch Indie” di negeri Belanda. Organisasi ini kemudian menjadi “Perhimpunan Indonesia” dengan azas tujuan Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Ketua “Association d’Etudiants Asiatique” di Zurich (1915 – 1916) dalam organisasi ini tergabung mahasiswa – mahasiswa dari Korea, Jepang, Muangthai, India, Indonesia dan lain – lain negara di Asia
Ketua Partai Politik “Persatuan Minahasa” yang menjadi anggota dari federasi “GAPI” yang bekerja erat dengan partai – partai politik nasional lainnya
Ketua “Vereeniging van Indonesische Academici” (V.I.A)yakni Persatuan para Akademisi Indonesia, yang bertujuan – mempersatukan sarjana – sarjana dan kaum cendekiawan dari negara – negara Asia Tenggara
Sekretaris “Dewan Minahasa” (1924 – 1928)

Anggota “Dewan Rakyat” (Volksraad en College van Gedelegerden) dengan pidato – pidatonya yang mengecam politik kolonial Pemerintah Belanda (1927 – 1937). Silahkan simak Terjemahan PIDATO PERDANA SAM RATU LANGIE (1927).
Anggota “Nationale Fractie” dari Dewan Rakyat yang menuntut penghapusan dari segala perbedaan politik, ekonomi, dan intelektuil
Anggota redaksi surat kabar mingguan “Peninjauan” (1934)
Anggota pengurus “GAPI” (Gabungan Politik Indonesia) dengan tujuan mempersatukan semua partai – partai politik Indonesia
Menulis buku “Indonesia in de Pacific” (1937) yang mengulas masalah – masalah politik di negara – negara Asia yang berbatasan dengan Samudera Pasifik
Direktur redaktur majalah politik “Nationale Commentaren” (1938 – 1942)
Pendiri / Ketua dari perkumpulan “Sumber Darah Rakyat” (SUDARA) (1944 – 1945)
Pemimpin missi Sulawesi yang berangkat dalam bulan Agustus 1945 ke Jakarta untuk turut menghadiri rapat-rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang sedang berlangsung di Jakarta serta juga untuk menghadiri pengesahan dan pengumuman UUD 1945 dan Pendirian Negara Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945
Tanggal 22 Agustus 1945 diangkat menjadi Gubernur Selebes oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno (1945 – 1946)
Mengadakan Petisi kepada PBB yang ditandatangani oleh ratusan pemuka – pemuka rakyat Sulawesi Selatan untuk mempertahankan daerah Sulawesi sebagai bagian mutlak dari negara RI
Dipenjarakan di Makassar dan kemudian di internir di Serui, Yapen, Irian Barat (1946 – 1948)
Membentuk “Partai Kemerdekaan Irian” dari belakang layar yang diketuai oleh Silas Papare (1947)
Menjadi Penasehat Pemerintah RI dan anggota delegasi RI dalam perundingan dengan Pemerintah Belanda (1948 – 1949)
Organisasi Sosial / Ekonomi :
Guru S. T. M. di Yogyakarta (1919 – 1922)
Direktur Maskapai Asuransi “Indonesia” di Bandung (1922 – 1924)
Ketua Penasehat dari perkumpulan buruh “Vereeniging van Onder – Officieren B bij de K. P. M. (VOOB), suatu organisasi calon nakhoda – nakhoda berbangsa Indonesia yang bekerja pada Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM)
Ketua Studiebeurs “Minahasa”
Pengurus “Persatuan Perkumpulan Radio Ketimuran”
Turut mendirikan “Serikat Penanaman Kelapa Indonesia” (1939)
Mendirikan organisasi “Ibunda Irian” di belakang layar
Setelah dibebaskan dari Serui, Dr. Ratu Langie dan kawan-kawannya oleh Belanda diwajibkan langsung ke Jogyakarta. Disana ia menjadi Penasehat Pemerintah RI dan Anggota Delegasi RI dalam perundingan dengan Pemerintah Belanda (1948 – 1949) Namun pada Aksi Militer Belanda ke II (Desember 1948) ia ditangkap lagi oleh Tentara Kolonial di rumah yang didiaminya di Jogya, tepat pada hari Natal 1948. Dan iapun bersama – sama dengan Presiden Soekarno cs diinternir dalam istana Presiden di Yogyakarta. Tak lama kemudian, pada tanggal 12 Januari 1949 ia dipindahkan oleh Pemerintah Belanda ke Jakarta untuk menunggukan pembuangannya lagi ke Bangka untuk bergabung kembali dengan rombongan Presiden Soekarno dipengasingan. Akan tetapi karena gangguan kesehatan ia tetap diizinkan dulu menunggu di ibukota.
Minggu-minggu terakhir hayatnya . . . .
Oleh karena Dr. Sam Ratu Langie mendapat serangan jantung, keberangkatan ke Bangka ditangguhkan. Untuk menunggu sembuhnya penyakit Dr. Sam Ratu Langie diizinkan berdiam bersama keluarganya di Jalan Asam Baru (kini Jalan Sam Ratulangi) No. 10 A. Sepuluh hari setelah dirumahkan maka Dr. Ratu Langie meninggal dunia di rumah tersebut pada tanggal 30 Juni 1949.
Terima kasih banyak buat keluarga besar Ratulangie yang berada dimanapun dan terlebih lagi buat torang pe Tonaas Wangko Prof. DR. GSSJ Ratulangie atas jasa-jasa dan kontribusi yang sangat besar sekali for torang pe Republik ini…..Sekali lagi Makase banya…biar Opo Wananatas / Opo Empung Kasuruang ja balas samua kebaikan dan ketulusan dari torang pe Tonaas Wangko tu dia..
God Bless Ratulangie Family & God Bless Minahasa Indonesia…
I YAYAT U SANTI…….
Bapak Lembong yang terhormat,
Lebih dari setahun yang lalu dan baru sekarang saya menjawab komen Bapak saya mohon maaf akan keteledoran itu.
Ya, kita2 ini berterima kasih kepada Yang Maha Kuasa Yang telah memberikan Pejoang2 kepada kita yang kesemuanya menyumbang jerih payah dan pengorbanan mereka kepada negara yang kini tinggal kita “siap pakai”. Semoga kita tidak menyia-nyiakan berkat pemberian itu. Terima kasih atas perhatian Anda.
Lani Sugandi-Ratulangi.
terima kasih Opa engkau mau berjuang untuk ini indonesia, terutama, bagi orang manado,kita nda lupa pa opa, suatu saat kita akan bentuk lg persatuan besar Keluarga Ratulangi di
inseluruindonesia
Semangat Masih berkobar, usaha masih tetap berlangsung walaupun Suri teladan kita sudah lama pergi, tapi jasa dan pengorbanannya sangat membakar semangat saya dan saudara-saudara yang lain. gagasan-gagasan pemikiran dari Opa Sam membuat saya terdorong untuk melakukan yang terbaik.
Salam kenal Tante Lani. Jika Tuhan Ijinkan Fendy ingin ketemu dengan sudara2 di Jkt. skrang Fendy lagi lanjut studi di Bandung S2 Hukum UNPAD.
By. Fendy R. Ratulangi.
Saya sangat senang dengan sejarah minahasa. Karena topik tentang DR.G S S J. Ratulangi, saya ingin bertanya.”Benarkah saat ditanya kapan Indonesia merdeka oleh Saerang (maaf nama lengkapnya saya tidak tahu ). Beliau menjawab.. Satu tahun lagi… Indo..ne..sia..(ambe pa dia-minahasa)…. Benarkah kisah tersebut…. Adakah catatan yang bisa dibaca sehingga saya bisa mengetahui dengan lengkap kisah ini…..
Terima kasih
Terima kasih Bpk Hendro atas komentar Anda. Menjawab pertanyaan Bapak maka saya tidak tahu apakah jawaban SAM RATULANGIE atas pertanyaan itu, yang saya tahu adalah mengenai pertanyaan Ibu saya kepada Bapak saya di awal tahun 1949 sewaktu Bapak saya dilepaskan dari tahanan di Jakarta, berhubung kesehatannya semakin merosot. Ibu saya bertanya: “Apakah kita akan merdeka?” maka jawabannya: “Kita pasti akan merdeka tetapi mungkin saya tidak akan mengalaminya……” Sekitar 5 bulan kemudian Sam Ratulangie meninggal dunia.
senang bisa mengetahui sejarah salah seorang pahlawan besar negara kita
apa ya arti pernyataan sitou timou tumouto dari bpk ratulangi ?
Dalam Buku Si Tou Timou Tumou Tou (Tou Minahasa) … Refleksi atas evolusi nilai-nilai manusia .. karangan Drs A.J.Sondakh, 2002 (hal 17-22)
Si = penunjuk orang; Tou= manusia; Timou= dilahirkan / hidup sebagai manusia; Tumou= mendorong /mendewasakan / ikut bertanggung jawab atas kehidupan sesama;
Jadi Si Tou Timou Tumou Tou (ST4) = Manusia dewasa, bertanggung jawab dan mandiri ditandai oleh”pengabdiannya” untuk ” membentuk dan melahirkan” manusia-manusia baru yang dewasa (melalui proses pendidikan), bertanggung jawab dan mandiri kelak dikemudian hari, untuk selanjutnya manusia baru yang telah terbentuk itu, melanjutkan lagi tugas pengabdiannya dalam rangka “memanusiakan” manusia sesama.
ST4 seperti diuraikan diatas, adalah ungkapan filosofis yang merupakan prinsip falsafah yang mengandung nilai dan konsep sikap hidup yang membentuk, menghantar dan mengendalikan kehidupan manusia Minahasa.
Terima kasih, Omar Samuel R.L. atas komentar dan penjelasan yang sangat membantu lebih mengerti kata2 ” SI TOU TIMOU TUMOU TOU”
Lani Ratulangi
Saya sangat terharu dan bangga sebagai Tuama Minahasa dengan kisah Opa Sam Ratulangi. Ternyata beliau adalah Tokoh penting saat Indonesia mempersiapkan kemerdekaan.
Saya bangga kepada opa sam. Walaupun kami tidak bisa merasakan jerih, susah waktu dulu. Tapi trg pemuda-pemudi sebagai penerus bangsa akan mengingat semuanya. Opo empung berkate trg samua
Halo Ibu Lani, senang bisa membaca perjuangan Dr. Sam Ratulangi, apakah ada tulisan yang lain tentang sitou timou tumou tou… ditulis oleh pak Sam Ratulangi Tahun berapa? terima kasih
Ibu Grace yang terhormat. Terima kasih atas komen Ibu, Pasti Ibu baca di WP blog saya, namun saya cuma editor dan penulis aslinya adalah team dari Dinas Sejarah DKI ditahun 1979 dan saya REBLOG. Saya duga bahwa tugas diberikan kepada Dinas Sejarah DKI untuk menyusunnya sewaktu ada usulan dari beberapa orang masyarakat DKI yang mengusulkan agar “Nieuwe Tamarindelaan atau Jalan Asem Baru” itu diganti dengan Jalan DR SAM RATULANGIE.
Mengenai falsafah ST4 (Si Tou Timou Tumou Tou) itu ada beberapa postingan saya, nanti saya kan cari, ya. Tabea.
Aku kira ada hubungannya langsung dgn PDIP yang sekarang suka2 pakai jas yang merah. benar ga boleh lupa sejarah.Terima kasih, Lani Ratulangi,