WAWANCARA
Sejak beberapa tahun saya mengunjungi beberapa tempat yang berupa pusat informasi, seperti misalnya PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA dan juga ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (ANRI), yang kedua2nya berlokasi di Jakarta. Maksud kunjungan adalah untuk dapat memperoleh informasi2 tertentu yang saya butuhkan.
PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA





ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA




Karena sering berkunjung ke ANRI maka pada suatu hari oleh seorang petugas ANRI (Ibu Santi) saya ditanyakan apakah saya bersedia satu saat di wawancara. Setelah saya menyatakan persetujuan saya, maka saya dikirimkan satu surat resmi dimana tercantum perihal apa wawancara tersebut dan juga urutan butir2 yang akan ditanyakan.
Pada hari dan jam yang ditentukan saya diterima disuatu ruangan khusus berisi satu set sofa dan disamping ruangan itu, terpisah oleh satu kaca jendela yang cukup besar ada ruangan kecil dimana ada seorang operator dengan headphone duduk dimeja kerjanya.
Keadaan sangat nyaman dan menyenangkan karena juga tersedia secangkir teh dan beberapa snek dimeja, pokoknya seperti bertamu dan beramah tamah saja. Ibu Santi memberi petunjuk bagaimana menggunakan mike dan mulailah beliau bercakap, seperti pada siaran TV saja (demi kelengkapan dokumentasi). Beliau menanyakan informasi dasar mengenai diri saya sebagai informasi pembukaan lalu saya jawab seperlunya kemudian kita beralih ke topik utama yakni hal2 mengenai keluarga kami dan terutama perihal Alm. Ayah saya: DR. Gerungan Samuel Saul Jacob RATU LANGIE.
Pokoknya total jenderal obrolan kami memakan waktu 2 ½ jam, termasuk istirahat sekitar 10 menit. Dan semua rupanya terekam dengan baik. Beberapa waktu kemudian atas permintaan saya aya dikirimkan copy dari pembicaraan wawancara tersebut sebagai lampiran pada satu email dari Ibu Santi. Waktu say abaca dokumen itu saya tersenyum karena setiap kali saya berpikir sambil mengatakan “-eh-“ itupun tertera dalam laporan wawancara itu juga. Nanti satu saat saya akan mengolah hasil wawancara itu sehingga berbentuk layak saji sebagai bahan posting di blog saya.
ALANGKAH BERBEDA cara pelaksanaan wawancara seperti itu dengan yang saya alami beberapa waktu yang lalu. Permintaan berwawancara diajukan melalui sms dan setelah tempat (dirumah kediaman saya di Jakarta) dan waktunya disepakati maka beberapa jam sebelumnya tiba2 ada sms bahwa ,maaf, penanya ada keperluan kerumah sakit jadi ditunda sehari. OK. Pada kesempatan pertemuan itu, saya menyesal bahwa saya lupa menanyakan untuk maksud apa sebenarnya penanya ingin mewawancarai saya. Topiknya jelas yakni menganai Alm. Ayah saya.
Tetapi alangkah terkejutnya saya ketika penanya bertanya apakah Ayah dan Ibu saya menikah pada waktu kelahiran anak pertama (kakak saya lahir di Pengalengan satu desa di Jawa Barat). Karen syok maka saya menjawab dalam posisi defensive dan menjelaskan MENGAPA kelahiran itu berlangsung di sana dan bukan di Batavia. (Ayah saya anggauta Volksraad semenjak tahun 1927 dimana anggauta Volksraad mendapat honorarium berdasarkan rapat yang dihadirinya (berbeda dengan DPR sekarang) dan dana itu tidak mencukupi untuk menyewa rumah kediaman di Batavia. Baru waktu ada lowongan di College van Gedelegeerden dan Ayah saya yang dipilih untu menjadi anggauta dari College yang anggun itu maka beliau mendapatkan gaji bulanan dan tidak perlu lagi berdomisili sementara di Pengalengan, akan tetapi dapat menyewa satu rumah besar, di Laan de Riemer,dekat Jalan Museum sekarang. Di rumah ini kemudian saya lahir.
Jika saya memikirkan kembali akan pertanyaan itu….. Alangkah KASARnya mengajukan pertanyaan begitu. Saya merasakan itu selaku satu pelecehan dan menurunkan derajat pandangannya terhadap seorang pemuka rakyat seperti Alm. Ayah saya. Semestina saya saat itu serta merta mengatakan kepadanya “Disitu pintunya…. Silahkan keluar!”. Apalagi karena tidak lama kemudian penanya bertanya lagi: “ Karena puteri2nya (dimaksudkan: saya dan kakak adik saya Milly dan Uky) menikah dengan orang NON Kristen, apakah ada pesan dari Bapak Sam Ratulangie mengenai hal itu?” ….. MINTA AMPUNNNN!…. Bagaimana “mindset” yang dimiliki penanya sampai2 mengajukan pertanyaan seperti itu? Saya sampai sekarang tidak mengerti. Waktu beberapa hari kemudian saya menceriterakan pertanyaan tersebut kepada menantu saya maka iapun menggeleng2 kepalanya sambil berkata “ Pertanyaan begitu sepertinya mengarah kepada SARA…..”
Semenjak pengalaman ini, yang berlangsung di awal bulan Pebruari baru2 saja, saya sangat berhati2 menanggapi permintaan untuk berwawancara. Sebenarnya semua yang saya ketahui sudah saya tuang dalam postingan di blog2 saya di WordPress dan Blogspot. Jika diperlukan informasi selanjutnya, silahkan riset sendiri ditempat2 yang saya sebut diawal tulisan ini. Apalagi melalui internet banyak dapat ditemukan tulisan2 Sam Ratulangie yand diterbitkan diberbagai majalah dan harian di negeri Belanda. Untuk melihat daftar karya2 tulis oleh dan mengenai Sam Ratulangie yang SUDAH diketemukan silahkan klik disini.
Kebanyakan dokumen2 seperti itu kini telah didigitalisasi sehingga dapat dijangkau dari semua pelosok dunia. Tetapi tentunya, untuk itu diperlukan bantuan binaan dari tenaga 2 ahli yang bekerja ditempat2 yang tersebut diatas. Agar dapat memberikan pelayanan seperti itu para staf telah mendapat didikan khusus. Namun dalam hal mencari informasi mengenai Sam Ratulangie juga perlu kemampuan penguasaan Bahasa Belanda, khususnya bahasa yang digunakan sekitar 100 tahun lalu, yang agak berbeda dengan bahasa kolokial yang digunakan di negeri Belanda sekarang ini.
Ya ialah…… namanya juga RISET dan bukan obrolan untuk menyajikan skandal2 di kolom2 atau pojok2nya media seperti Pos Kota.